With the rapid development of The Modern Period , Challenges Faced Indonesian nation Increasingly Complex With The existence of Globalization Technology , Culture , and Everything Else , inciting spirit Scout Service Brigade Maritime Self Existence Shows Off Continues to Sharpen Capabilities With Yourself Through Activities The Productive and Innovative.

Minggu, 01 Maret 2015

Dokumentasi Kerja Bakti HUT POMAL 08022015

Hari Minggu 08 Februari 2015 Lokasi di Pantai Wisata  Pulau Merah Ds.Sumberagung Kec.Pesanggaran.
Upacara Pengukuhan Anggota Saka Bahari POSAL Pancer Gelombang 2. Dengan Irup LETKOL LAUT Wahyu Endriawan, DANLANAL Banyuwangi . Kegiatan ini dihadiri oleh Saka Bahari Muncar dan Grajakan.
Dalam pelantikan Itu, Danlanal Banyuwangi menyematkan Badge Saka Bahari kepada perwakilan dan juga Penyiraman/Penyegaran adat bahari.
Semoga Kegiatan seperti ini bisa berkelanjutan sehingga Semboyan "Sampek Tuwek Elek Bahari Jaya" masih terus berkumandang.
Setelah kegiatan Upacara Pelantikan dilanjutkan kegiatan Kerja bakti bersih Pantai Pulau Merah.

Minggu, 11 Januari 2015

HARI DHARMA SAMUDRA

Pertempuran Laut Aru 15 Januari 1962 
Tanggal 15 Januari diperingati sebagai Hari DHARMA SAMUDRA.
Peristiwa “Pertempuran Laut Aru” yang terjadi 45 tahun silam merupakan dampak dan konfrontasi Indonesia – Belanda akibat sengketa Irian Barat atau yang kini kita kenal sebagai Propinsi Irian Jaya. Hal tersebut bermula dari keingkaran Pemerintah Kerajaan Belanda untuk mengembalikan Irian Barat ke pangkuan NKRI, meskipun telah disepakati dalam Perjanjian Roem-Roijen 1949. Sehingga akhirnya Indonesia kemudian mengumandangkan Tri Komando Rakjat atau disingkat Trikora yang intinya menuntut pengembalian Irian Barat melalui berbagai cara, termasuk dengan cara pengerahan kekuatan militer. Ini berarti perseteruan Indonesia-Belanda memasuki tahapan baru yaitu dari fase diplomasi menjadi konfrontasi di segala bidang. Guna melengkapi dan memodernisasi kekuatan militernya, Indonesia “memborong” sejumlah besar peralatan tempur dari berbagai negara, antara lain Uni Soviet, Republik Fedarasi Jerman (Jerman Barat), Italia dan Yugoslavia. Salah satu jenis peralatan militer yang didatangkan untuk memperkuat Jajaran Armada ALRI adalah kapal perang jenis MTB (Motor Torpedo Boat) Klas Jaguar dari Jerman Barat. Kapal perang jenis ini memiliki kemampuan untuk menembakkan torpedo anti kapal permukaan. Guna melaksanakan operasi infiltrasi (penyusupan) yang bertujuan memasukkan sejumlah pasukan gerilya ke Bumi Cenderawasih tersebut, ALRI mengerahkan 4 kapal perang jenis MTB, yaitu Rl Matjan Tutul, RI Matjan Kumbang, Rl Harimau dan Rl Singa. Karena dipersiapkan untuk mengangkut pasukan, maka persenjataan utama andalan kapal perang jenis MTB ini yaitu torpedo, terpaksa “dikorbankan” alias dilucuti agar kapal memiliki ruang yang lebih besar. Hal ini berakibat fatal ketika mereka terpaksa harus berhadapan dengan kapal perang musuh. Dari keempat MTB tersebut, ternyata hanya 3 yang mampu bergerak hingga memasuki perairan Irian Barat, karena RI Singa mengalami kerusakan mesin. Namun di perjalanan tepatnya di posisi 4,49 derajat selatan dan 135,2 derajat timur ketiga MTB ALRI tersebut dihadang 3 kapal perang AL. Kerajaan Belanda, yaitu Destroyer Klas Province Hr.Ms. Utrecht, Fregat Hr. Ms. Evertsen dan Korvet Hr.Ms. Kortenaer. Sebelum dua pihak yang bermusuhan tersebut berpapasan, 2 pesawat intai maritim AL Belanda jenis Neptune dan Firefly telah lebih dahulu memergoki MTB ALRI dan selanjutnya mengirimkan berita ke kapal meraka. Akibatnya, terjadilah kontak senjata di tengah laut di Laut Aru. Menyadari bahwa kekuatan tidak seimbang, ketiga MTB ALRI bermaksud menghindar, namun ketiga musuhnya tidak membiarkan mereka lolos begitu saja. Guna melindungi dua kapal lainnya, Rl Matjan Tutul melakukan manuver bergerak maju secara lurus langsung menuju Hr.Ms Evertsen. Manuver ini dipandang berbahaya, karena merupakan pertanda bahwa kapal berpeluncur terpedo akan meluncurkan terpedonya. Akibatnya, KRI Matjan Tutul dihujani tembakan gencar hingga akhirnya tenggelam. Sebagian awak RI Matjan Tutul gugur dan sebagian lagi ditawan oleh Belanda. Sementara itu, dua MTB ALRI lainnya berhasil melolos-kan diri dan tiba di pangkalannya dengan selamat. Makna Hari Darma Samudera Meskipun tanggal 15 Januari merupakan hari terjadinya Peristiwa Pertempuran Laut Aru, namun sesungguhnya tanggal tersebut juga mewakili sejumlah pertempuran laut lainnya yang pernah dilakukan oleh para pahlawan TNI AL. Jauh sebelum terjadinya Peristiwa Aru, beberapa pertempuran laut yang pernah terjadi antara lain Pertempuran Laut Cirebon (1947) dan Pertempuran Teluk Sibolga (1947).
Bahkan jika menarik jauh kebelakang, yaitu sejak jaman sebelum kemerdekaan Indonesia, juga pernah terjadi sejumlah pertempuran laut, seperti Pertempuran Laut Malaka (1511) antara armada Pati Unus dengan Portugis, Pertempuran Laut Sunda Kelapa (1512) antara armada Fata-hillah dengan Portugis dan banyak lagi. demikian dapat dikatakan bahwa tanggal 15 Januari merupakan “jiwa atau semangat” pengorbanan dari seluruh pejuang bahari yang telah berjuang mempertahankan kedaulatan negeri ini dari masa ke masa. Inilah makna sejati dari Hari Darma Samudera. Memang di era millenium yang serba modern dan canggih ini, kiranya sulit terjadi sebuah pertempuran laut sebagaimana pernah dialami di masa silam.
Ada banyak hikmah yang dapat dipetik dari berbagai pertempuran laut yang pernah terjadi di Indonesia. Hikmah tersebut tidak semata mengenai pertempuran laut dan semangat rela berkorban dari para pelaku sejarah, melainkan lebih dari itu yaitu menyangkut eksistensi dan kedaulatan sebuah negara.
Di Indonesia sendiri, walaupun insiden senjata atau penembakan tidak terjadi, namun ketegangan sampai terjadi ketika sejumlah kapal perang dari pesawat militer AL Kerajaan Malaysia melakukan aksi pelanggaran wilayah di perairan Ambalat, Laut Sulawesi. Saat itu sejumlah kapal perang dan satuan udara TNI AL disertai pemusatan pasukan segera digelar di perairan kaya minyak tersebut. Tindakan tegas TNI AL ini dilandasi bahwa apa yang terjadi di Ambalat, dan mungkin juga di daerah-daerah lain, sudah menyangkut masalah bagaimana mempertahankan kedaulatan dan keutuhan NKRI. Bahkan untuk “membuktikan” kepada Malaysia akan keseriusan Indonesia dalam mempertahankan Ambalat, Presiden Rl Susilo Bambang Yudhoyono pun hadir langsung di kawasan yang hingga masih menjadi sengketa. Selain itu, sejumlah kapal perang TNI AL juga secara aktif mengusir dan mencegat setiap kapal Malaysia yang nekad mendekat. Sepintas tindakan tersebut memang terbukti efektif, karena kemudian Malaysia menarik mundur kapal dan pesawatnya, serta bersedia hadir di meja perundingan. Namun di balik semua itu, ada permasalahan yang akan selalu berpotensi terjadi aksi pencaplokan sebagian wilayah NKRI oleh negara-negara tetangga, yaitu masalah batas laut.
Selain itu, TNI AL juga diharapkan dapat menjadi semacam kekuatan pressure bagi pemerintah untuk lebih tegas dalam menyelesaikan permasalahan batas laut teritorial, agar tidak ada lagi wilayah NKRI yang”hilang” atau “dijarah” oleh negara lain.

Saka Bahari Pos AL Pancer Pesanggaran Banyuwangi

Dokumentasi Pelantikan Anggota Baru 2015-2016